DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ....
DAFTAR ISI................................................................................................................. i
BAB I PEMBAHASAN
1.1.
Sifat Dasar Akuntansi Dilihat dari Berbagai Pandangan....................................
1
1.1.1.
Akuntansi Sebagai Ideologi.................................................................. 1
1.1.2.
Akuntansi Sebagai Bahasa................................................................. .. 2
1.1.3.
Akuntansi Sebagai Catatan Peristiwa yang Lalu............................... .. 3
1.1.4.
Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Saat Ini................................... .. 4
1.1.5.
Akuntansi Sebagai Sistem Informasi................................................. .. 4
1.1.6.
Akuntansi Sebagai Komoditas........................................................... .. 5
1.2.
Penyusunan dan Pembuktian Teori....................................................................
6
BAB II PENUTUP
2.1. Kesimpulan............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 9
BAB I
PEMBAHASAN
1.1.Sifat Dasar Akuntansi Dilihat dari Berbagai
Pandangan
Komite Terminologi AICPA (The Committee
on Terminology of the American Institute of Certified Public Accountants)
mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: Akutansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan
dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan
menginterprestasian hasil proses tersebut.
Pada
perkembangan saat ini, akuntansi didefinisikan dengan mengacu pada konsep
informasi: Akutansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik
yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik,
dalam membuat pilihan diantara alternatif tindakan yang ada.
Para akuntan
memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan
perbedaan teori-teori. Pandangan-pandangan tersebut adalah akuntansi sebagai
bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu, akuntansi sebagai
realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi
sebagai komoditas, dan akhirnya, akuntansi sebagai sebuah ideologi.
1.1.1. Akuntansi Sebagai Ideologi
Akuntansi telah
dipandang sebagai fenomena ideologi sarana untuk mendukung dan melegitimasi
tatanan sosial, ekonomi dan politik saat ini. Karl Marx menegaskan bahwa
akuntansi melakukan suatu bentuk dan hubungan-hubungan sosial yang membentuk
usaha produktif. Akuntansi
juga dipandang sebagai mitos symbol, dan kegiatan ritual yang mengizinkan
penciptaan suatu tatanan simbolis yang didalamnya agen-agen sosial dapat saling
berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga mewujudkan dalam pandangan umum
merupakan bahwa akuntansi juga instrument rasionalisasi ekonomi dan alat sistem
kapitalisme.
Persepsi bahwa
akuntansi merupakan sebuah instrument rasionalisasi ekonomi ditunjukkan dengan
sangat baik oleh Weber, yang mendefinisikan tindakan rasionalisasi ekonomi
sebagai “perluasan penghitungan kuntitatif atau akuntansi yang secara teknis
dapat dilakukan dan secara nyata dapat diaplikasikan.” Hal yang sama ditekankan
pula oleh Heilbroner yang menyatakan bahwa:
Praktik yang kapitalis mengubah satuan uang ke dalam satuan
alat penghitung cost-profit yang rasional, dimana karya besarnya adalah
pembukuan berpasangan yang terutama merupakan produk evolusi rasionalisasi ekonomi,
perhitungan cost-profit, sebagai reaksi terhadap rasionalisasi tersebut,
dengan merealiasikan dan mendefinisikan dan secara numeric, praktik ini sangat
mendukung logika perusahaan.
1.1.2. Akuntansi Sebagai Bahasa
Akutansi telah
dipandang sebagai bahasa bisnis. Akuntansi merupakan suatu cara
pengkomunikasian informasi tetnang bisnis. Hawes mendefinisikan bahasa sebagai
berikut:
Simbol-simbol manusia bukan merupakan tanda-tanda yang
disusun secara acak, yang mengarahkan pada konseptualisasi rujukan yang bersifat
tertutup dan rahasia. Sebaliknya, symbol-simbol manusia disusun secara yang
sistematis dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan
penggunaannya. Susunan symbol ini disebut bahasa, dan aturan yang mempengaruhi
pola dan penggunaan symbol tersebut dinyatakan sebagai tata bahasa.
Jadi, pengakuan
akutansi sebagai bahasa yang didasarkan pada identifikasi adanya dua komponen
tersebut, sebagai dua tingkatan akutansi. Penjelasannya sebagai berikut:
1.
Simbol-simbol atau karakteristik
leksikal suatu bahasa adalah unit-unit yang mengandung arti atau kata-kata yang
dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa.
2.
Tata bahasa suatu bahasa mengacu pada
susunan sintaksis yang terdapat dalam setiap bahasa. Dalam akuntansi, tata
bahasa merujuk
pada serangkaian prosedur umum yang digunakan dan diikuti dalam penyusunan
seluruh data keuangan untuk keperluan bisnis. Jadi menetapkan hubungan antara
tata bahasa dengan aturan akuntansi dalam pernyataan berikut ini:
Penyandang gelar CPA (pakar dalam
bidang akuntansi) mengesahkan ketetapan penerapan aturan akuntansi sama seperti
seorang pembicara suatu bahasa mengesahkan ketetapan tata bahasa suatu kalimat.
Aturan akuntansi memformalisasikan struktur yang melekat pada suatu bahasa
alamiah. Dengan adanya identifikasi komponen-komponen ini, yaitu
simbil-simbol dan tata bahasa, akuntansi secara teoritis dapat didefinisi
sebagai suatu bahasa.
1.1.3. Akuntansi Sebagai Catatan Peristiwa yang Lalu
Umumnya
akutansi dipandang sebuah cara penyajian sejarah perusahaan dan transaksi yang
dilakukannya dengan pihak lain. Konsep pertanggung jawaban pada dasarnya
merupakan ciri hubungan principal (pemilik) dengan agen (manajer).
Pengukuran konsep pertanggung jawaban telah dikembangkan dari waktu ke waktu. Bimberg membedakannya dalam empat
periode:
1. Periode pure custodial
2. Periode traditional custodial
3. Periode aset-utilization
4. Periode open-ended
Dua periode pertama mengacu pada kepentingan agen untuk
mengembalikan sumber-sumber daya secara lengkap kepada principal dengan
menetapkan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi pemeliharaan (custodial).
Periode ke tiga
mengacu pada kepentingan agen untuk menetapkan inisiatif pemakaian aset secara
mendalam agar sesuai dengan rencana yang telah disepakati.
Terakhir, periode open-ended
berbeda dengan periode aset-utilization dalam hal penetapan pemanfaatan
aset yang lebih fleksibel dan memungkinkan agen untuk merencanakan aliran
pemanfaatan aset. Bimberg menguraikan konsep terakhir tersebut dalam uraian
sebagai berikut:
Konsep ini tidak menyangkut petunjuk awal, namun juga
memastikan kapan batas waktu sejumlah petunjuk harus diubah. Sama halnya dengan
pengendalian strategis, fungsi pertanggung jawaban mensyaratkan adanya asumsi
tingkat pertanggungjawaban yang signifikan, yang harus dimiliki oleh manajer. Tekanan
kerja mungkin disebabkan oleh adanya kesenjangan struktur dan adanya
ketidakpastian dengan jumlah yang signifikan. Petunjuk-petunjuk ini yang
mungkin menyebabkan sistem pelaporan pada pemilik perusahaan akan menemui
hambatan dalam komunikasi. Di satu sisi adanya kebutuhan pelaporan secara terperinci,
disisi lain adanya resiko pelaporan yang terlalu banyak dan kompleks.
1.1.4. Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Saat Ini
Akutansi juga
dipandang sebagai cara untuk menggambarkan realitas ekonomi saat ini. Argumen
utama yang mendukung pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan
laba-rugi seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan realitas
ekonomi saat ini daripada kos histories.
Tujuan utama
dari pandangan akuntansi ini adalah penetapan pendapatan sesungguhnya (true
income), suatu konsep yang menunjukkan perubahan kesejahteraan perusahaan
dari suatu periode ke periode selanjutnya. Metode-metode
apa yang dapat menyajikan pengukuran nilai ekonomis aset dan kewajiban serta
hubungannya dengan pengukuran income,
merupakan sebuah pertanyaan teoritis dan empiris yang menimbulkan debat
berkepanjangan dalam literatur akuntansi.
1.1.5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Akutansi selalu
dipandang sebagai suatu sistem informasi. Pandangan ini mengasumsikan akutansi
sebagai suatu proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter
(biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna
eksternal). Dengan menggunakan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat
didefinisikan sebagai “proses menyendikan sejumlah observasi ke dalam bahasa
sistem akuntansi, memanimpulasi sinyal sistem pelaporan, dan mengawasandikan (decoding)
serta mentransmisikan hasilnya.”
Pandangan
tentang akuntansi ini memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual
maupun secara empiris. Pertama, pandangan ini mengasumsikan bahwa sistem
akuntansi merupakan satu-satunya sistem pengukuran formal dalam organisasi.
Kedua, pandangan ini memunculkan kemungkinan disain sistem akuntansi yang
optimal, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat
(bagi pengguna). Perilaku pengirim (sender) merupakan hal yang penting
baik dalam reaksi terhadap informasi yang disajikan maupun dalam pemanfaatan
informasi yang dibuat. Kedua perilaku ini merupakan subjek penelitian empiris
dalam bidang akuntansi keperilakuan.
Keunggulan pandangan akuntansi
sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut: Sistem-sistem akutansi alternatif
tidak membutuhkan pertimbangan yang lebih lama lagi dalam menilai kemampuannya
untuk menghasilkan “true income” atau dalam hal kewajaran dari penyajian dalam
histories. Sepanjang setiap pengguna yang berbeda dapat menemukan informasi
yang diinginkan, saat itu pula dapat ditentukan bahwa sistem tersebut
bermanfaat.
1.1.6. Akuntansi Sebagai Komoditas
Akuntansi juga
dipandang sebagai komoditas yang dihasilkan dari suatu aktivitas ekonomi.
Pandangan ini muncul disebabkan adanya permintaan informasi khusus, dan para
akuntan memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan tersebut. Sebagai sebuah
komoditas umum, akuntansi menjadi dasar ideal untuk peraturan, yang berdampak
terhadap kebijakan umum dan memantau seluruh bentuk perjanjian antar organisasi
dengan lingkungannya. Pemilihan informasi akuntansi dan/atau teknik akuntansi
selanjutnya memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan berbagai kelompok
masyarakat. Akibatnya muncul pasar informasi akuntansi yang berasal dari adanya
penawaran dan permintaan informasi. Pandangan akuntansi sebagai komoditas akan
menimbulkan pengaruh yang mendalam pada pemikiran dan penelitian akuntansi.
Sebagai contoh :
Munculnya
pandangan akuntansi sebagai komoditas sekali lagi menyajikan suatu contoh yang
membuktikan bahwa pemikiran akuntansi memiliki kandungan sosial. Hal ini telah
muncul pada era menjamurnya peraturan dan meningkatnya perhatian terhadap
kepentingan umum dalam situasi langkanya sumber daya dan banyaknya penawaran
yang bersaing. Keadaan ini menyajikan dasar pemikiran bagi kebijakan-kebijakan
akuntansi agar menambahkan alokasi sumber daya dalam pelayanan terhadap
kepentingan umum.
1.2.Penyusunan dan Pembuktian Teori
Walaupun
akuntansi merupakan sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam bidang
spesifik, namun praktiknya dilakukan dalam kerangka konseptual implisit yang
terdiri dari prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang telah diterima oleh
profesi, dikarenakan oleh kegunaan dan logika yang dikandungnya. Petunjuk yang
disebut sebagai “prinsip-prinsip akuntansi berterima umum/PABU (general accepted accounting principles/GAAP)”
ini mengarahkan profesi akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan
dalam penyiapan laporan keuangan dengan suatu cara yang dianggap sebagai
praktik terbaik. Dalam menanggapi perubahan lingkungan, perubahan nilai, dan
kebutuhan informasi, prinsip-prinsip akuntansi berterima umum merupakan subjek
penilaian kembali yang bersifatnya tetap dan subjek analisis kritis.
Penyusunan teori
akuntansi berasal dari kebutuhan untuk menyajikan secara rasional apa yang
dilakukan, atau apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh para akuntan. Proses
penyusunan teori akuntansi sebaiknnya dilengkapi pula proses pembuktian
(verification) dan pengesahan (
validation ) teori. Pembuktian :
Pembuktian dalam penelitian dan
analisis dapat merujuk pada beberapa hal termasuk kebenaran argumen-argumen
matematis dan logika dapat ditetapkannya
rumus dan persamaan yang dibuat ,dapat dipercayanya laporan ,keautentikan
dokumen ,alat ataupun barang-barang peninggalan, kecukupan barang-barang
reproduksi, terjemahan, dan uraian yang dibuat, keakuratan perhitungan yang
lalu dan perhitungan statistik, bukti-bukti yang menguatkan pelaporan suatu
kejadian, kelengkapan dalam pendataan peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya
terjadi, dapat diulangnya eksperimen yang telah dilakukan, kekuatan penjelas
atau kemampuan untuk memprediksi hasil.
Pernyataan ini
bermakna bahwa teori seharusnya tunduk terhadap pengujian yang bersifat logis
dan empiris untuk membuktikan keakuratannya.
Jika suatu teori bersifat matematis, pembuktian sebaiknya diprediksi melalui
konsistensi logis. Apabila teori didasarkan pada fenomena fisik atau sosial,
pembuktian sebaiknya diprediksi melalui hubungan antara kejadian-kejadian dan
observasi-observasi sesungguhnya yang digunakan untuk membuat kesimpulan.
Oleh karena itu
teori akuntansi seharusnya merupakan hasil proses penyusunan dan juga
pembuktian teori. Suatu teori akuntansi seharusnya dapat menjelaskan dan
memprediksi fenomena akuntanti yang ada, saat sejumlah fenomena muncul,
fenomena-fenomena tersebut dapat diharapkan membuktikan kebenaran teori
tersebut.
BAB II
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Teori akuntansi tidak lepas dari praktik
akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan praktik akuntansi berjalan
dan memberikan dasar bagi pengembangan praktik tersebut. Sifat dasar
akuntansi dapat dilihat dari berbagai pandangan, Pandangan-pandangan tersebut
adalah akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu,
akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem
informasi, akuntansi sebagai komoditas, dan akhirnya, akuntansi sebagai ideologi.
Teori seharusnya tunduk terhadap pengujian yang
bersifat logis dan empiris untuk
membuktikan keakuratannya. Oleh karena itu teori akuntansi seharusnya merupakan
hasil proses penyusunan dan juga pembuktian teori