Kamis, 27 Juni 2019

Pandangan Sifat Dasar Akuntansi, Penyusunan dan Pembuktian Teori


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ....
DAFTAR ISI................................................................................................................. i
BAB I PEMBAHASAN
1.1.   Sifat Dasar Akuntansi Dilihat dari Berbagai Pandangan.................................... 1
1.1.1.      Akuntansi Sebagai Ideologi.................................................................. 1
1.1.2.      Akuntansi Sebagai Bahasa................................................................. .. 2
1.1.3.      Akuntansi Sebagai Catatan Peristiwa yang Lalu............................... .. 3
1.1.4.      Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Saat Ini................................... .. 4
1.1.5.      Akuntansi Sebagai Sistem Informasi................................................. .. 4
1.1.6.      Akuntansi Sebagai Komoditas........................................................... .. 5
1.2.   Penyusunan dan Pembuktian Teori....................................................................   6
BAB II PENUTUP
2.1. Kesimpulan............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 9




BAB I
PEMBAHASAN
1.1.Sifat Dasar Akuntansi Dilihat dari Berbagai Pandangan
Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the American Institute of Certified Public Accountants) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut: Akutansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan menginterprestasian hasil proses tersebut.
Pada perkembangan saat ini, akuntansi didefinisikan dengan mengacu pada konsep informasi: Akutansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan diantara alternatif tindakan yang ada.
Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori. Pandangan-pandangan tersebut adalah akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu, akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi sebagai komoditas, dan akhirnya, akuntansi sebagai sebuah ideologi.

1.1.1.      Akuntansi Sebagai Ideologi
Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena ideologi sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan sosial, ekonomi dan politik saat ini. Karl Marx menegaskan bahwa akuntansi melakukan suatu bentuk dan hubungan-hubungan sosial yang membentuk usaha produktif. Akuntansi juga dipandang sebagai mitos symbol, dan kegiatan ritual yang mengizinkan penciptaan suatu tatanan simbolis yang didalamnya agen-agen sosial dapat saling berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga mewujudkan dalam pandangan umum merupakan bahwa akuntansi juga instrument rasionalisasi ekonomi dan alat sistem kapitalisme.
Persepsi bahwa akuntansi merupakan sebuah instrument rasionalisasi ekonomi ditunjukkan dengan sangat baik oleh Weber, yang mendefinisikan tindakan rasionalisasi ekonomi sebagai “perluasan penghitungan kuntitatif atau akuntansi yang secara teknis dapat dilakukan dan secara nyata dapat diaplikasikan.” Hal yang sama ditekankan pula oleh Heilbroner yang menyatakan bahwa:
Praktik yang kapitalis mengubah satuan uang ke dalam satuan alat penghitung cost-profit yang rasional, dimana karya besarnya adalah pembukuan berpasangan yang terutama merupakan produk evolusi rasionalisasi ekonomi, perhitungan cost-profit, sebagai reaksi terhadap rasionalisasi tersebut, dengan merealiasikan dan mendefinisikan dan secara numeric, praktik ini sangat mendukung logika perusahaan.

1.1.2.      Akuntansi Sebagai Bahasa
Akutansi telah dipandang sebagai bahasa bisnis. Akuntansi merupakan suatu cara pengkomunikasian informasi tetnang bisnis. Hawes mendefinisikan bahasa sebagai berikut:
Simbol-simbol manusia bukan merupakan tanda-tanda yang disusun secara acak, yang mengarahkan pada konseptualisasi rujukan yang bersifat tertutup dan rahasia. Sebaliknya, symbol-simbol manusia disusun secara yang sistematis dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan penggunaannya. Susunan symbol ini disebut bahasa, dan aturan yang mempengaruhi pola dan penggunaan symbol tersebut dinyatakan sebagai tata bahasa.
Jadi, pengakuan akutansi sebagai bahasa yang didasarkan pada identifikasi adanya dua komponen tersebut, sebagai dua tingkatan akutansi. Penjelasannya sebagai berikut:
1.      Simbol-simbol atau karakteristik leksikal suatu bahasa adalah unit-unit yang mengandung arti atau kata-kata yang dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa.
2.      Tata bahasa suatu bahasa mengacu pada susunan sintaksis yang terdapat dalam setiap bahasa. Dalam akuntansi, tata bahasa merujuk pada serangkaian prosedur umum yang digunakan dan diikuti dalam penyusunan seluruh data keuangan untuk keperluan bisnis. Jadi menetapkan hubungan antara tata bahasa dengan aturan akuntansi dalam pernyataan berikut ini:
Penyandang gelar CPA (pakar dalam bidang akuntansi) mengesahkan ketetapan penerapan aturan akuntansi sama seperti seorang pembicara suatu bahasa mengesahkan ketetapan tata bahasa suatu kalimat. Aturan akuntansi memformalisasikan struktur yang melekat pada suatu bahasa alamiah. Dengan adanya identifikasi komponen-komponen ini, yaitu simbil-simbol dan tata bahasa, akuntansi secara teoritis dapat didefinisi sebagai suatu bahasa.
1.1.3.      Akuntansi Sebagai Catatan Peristiwa yang Lalu
Umumnya akutansi dipandang sebuah cara penyajian sejarah perusahaan dan transaksi yang dilakukannya dengan pihak lain. Konsep pertanggung jawaban pada dasarnya merupakan ciri hubungan principal (pemilik) dengan agen (manajer). Pengukuran konsep pertanggung jawaban telah dikembangkan dari waktu ke waktu. Bimberg membedakannya dalam empat periode:
1.      Periode pure custodial
2.      Periode traditional custodial
3.      Periode aset-utilization
4.      Periode open-ended
Dua periode pertama mengacu pada kepentingan agen untuk mengembalikan sumber-sumber daya secara lengkap kepada principal dengan menetapkan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi pemeliharaan (custodial). Periode ke tiga mengacu pada kepentingan agen untuk menetapkan inisiatif pemakaian aset secara mendalam agar sesuai dengan rencana yang telah disepakati.
Terakhir, periode open-ended berbeda dengan periode aset-utilization dalam hal penetapan pemanfaatan aset yang lebih fleksibel dan memungkinkan agen untuk merencanakan aliran pemanfaatan aset. Bimberg menguraikan konsep terakhir tersebut dalam uraian sebagai berikut:
Konsep ini tidak menyangkut petunjuk awal, namun juga memastikan kapan batas waktu sejumlah petunjuk harus diubah. Sama halnya dengan pengendalian strategis, fungsi pertanggung jawaban mensyaratkan adanya asumsi tingkat pertanggungjawaban yang signifikan, yang harus dimiliki oleh manajer. Tekanan kerja mungkin disebabkan oleh adanya kesenjangan struktur dan adanya ketidakpastian dengan jumlah yang signifikan. Petunjuk-petunjuk ini yang mungkin menyebabkan sistem pelaporan pada pemilik perusahaan akan menemui hambatan dalam komunikasi. Di satu sisi adanya kebutuhan pelaporan secara terperinci, disisi lain adanya resiko pelaporan yang terlalu banyak dan kompleks.
1.1.4.      Akuntansi Sebagai Realitas Ekonomi Saat Ini
Akutansi juga dipandang sebagai cara untuk menggambarkan realitas ekonomi saat ini. Argumen utama yang mendukung pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba-rugi seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan realitas ekonomi saat ini daripada kos histories.
Tujuan utama dari pandangan akuntansi ini adalah penetapan pendapatan sesungguhnya (true income), suatu konsep yang menunjukkan perubahan kesejahteraan perusahaan dari suatu periode ke periode selanjutnya. Metode-metode apa yang dapat menyajikan pengukuran nilai ekonomis aset dan kewajiban serta hubungannya dengan pengukuran income, merupakan sebuah pertanyaan teoritis dan empiris yang menimbulkan debat berkepanjangan dalam literatur akuntansi.

1.1.5.      Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Akutansi selalu dipandang sebagai suatu sistem informasi. Pandangan ini mengasumsikan akutansi sebagai suatu proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal). Dengan menggunakan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai “proses menyendikan sejumlah observasi ke dalam bahasa sistem akuntansi, memanimpulasi sinyal sistem pelaporan, dan mengawasandikan (decoding) serta mentransmisikan hasilnya.”
Pandangan tentang akuntansi ini memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual maupun secara empiris. Pertama, pandangan ini mengasumsikan bahwa sistem akuntansi merupakan satu-satunya sistem pengukuran formal dalam organisasi. Kedua, pandangan ini memunculkan kemungkinan disain sistem akuntansi yang optimal, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat (bagi pengguna). Perilaku pengirim (sender) merupakan hal yang penting baik dalam reaksi terhadap informasi yang disajikan maupun dalam pemanfaatan informasi yang dibuat. Kedua perilaku ini merupakan subjek penelitian empiris dalam bidang akuntansi keperilakuan.
Keunggulan pandangan akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut: Sistem-sistem akutansi alternatif tidak membutuhkan pertimbangan yang lebih lama lagi dalam menilai kemampuannya untuk menghasilkan “true income” atau dalam hal kewajaran dari penyajian dalam histories. Sepanjang setiap pengguna yang berbeda dapat menemukan informasi yang diinginkan, saat itu pula dapat ditentukan bahwa sistem tersebut bermanfaat.

1.1.6.      Akuntansi Sebagai Komoditas
Akuntansi juga dipandang sebagai komoditas yang dihasilkan dari suatu aktivitas ekonomi. Pandangan ini muncul disebabkan adanya permintaan informasi khusus, dan para akuntan memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan tersebut. Sebagai sebuah komoditas umum, akuntansi menjadi dasar ideal untuk peraturan, yang berdampak terhadap kebijakan umum dan memantau seluruh bentuk perjanjian antar organisasi dengan lingkungannya. Pemilihan informasi akuntansi dan/atau teknik akuntansi selanjutnya memiliki pengaruh terhadap kesejahteraan berbagai kelompok masyarakat. Akibatnya muncul pasar informasi akuntansi yang berasal dari adanya penawaran dan permintaan informasi. Pandangan akuntansi sebagai komoditas akan menimbulkan pengaruh yang mendalam pada pemikiran dan penelitian akuntansi. Sebagai contoh :
Munculnya pandangan akuntansi sebagai komoditas sekali lagi menyajikan suatu contoh yang membuktikan bahwa pemikiran akuntansi memiliki kandungan sosial. Hal ini telah muncul pada era menjamurnya peraturan dan meningkatnya perhatian terhadap kepentingan umum dalam situasi langkanya sumber daya dan banyaknya penawaran yang bersaing. Keadaan ini menyajikan dasar pemikiran bagi kebijakan-kebijakan akuntansi agar menambahkan alokasi sumber daya dalam pelayanan terhadap kepentingan umum.

1.2.Penyusunan dan Pembuktian Teori
Walaupun akuntansi merupakan sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam bidang spesifik, namun praktiknya dilakukan dalam kerangka konseptual implisit yang terdiri dari prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang telah diterima oleh profesi, dikarenakan oleh kegunaan dan logika yang dikandungnya. Petunjuk yang disebut sebagai “prinsip-prinsip akuntansi berterima umum/PABU (general accepted accounting principles/GAAP)” ini mengarahkan profesi akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan dalam penyiapan laporan keuangan dengan suatu cara yang dianggap sebagai praktik terbaik. Dalam menanggapi perubahan lingkungan, perubahan nilai, dan kebutuhan informasi, prinsip-prinsip akuntansi berterima umum merupakan subjek penilaian kembali yang bersifatnya tetap dan subjek analisis kritis.
Penyusunan teori akuntansi berasal dari kebutuhan untuk menyajikan secara rasional apa yang dilakukan, atau apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh para akuntan. Proses penyusunan teori akuntansi sebaiknnya dilengkapi pula proses pembuktian (verification)  dan pengesahan ( validation ) teori. Pembuktian :
Pembuktian dalam penelitian dan analisis dapat merujuk pada beberapa hal termasuk kebenaran argumen-argumen matematis dan logika dapat  ditetapkannya rumus dan persamaan yang dibuat ,dapat dipercayanya laporan ,keautentikan dokumen ,alat ataupun barang-barang peninggalan, kecukupan barang-barang reproduksi, terjemahan, dan uraian yang dibuat, keakuratan perhitungan yang lalu dan perhitungan statistik, bukti-bukti yang menguatkan pelaporan suatu kejadian, kelengkapan dalam pendataan peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya terjadi, dapat diulangnya eksperimen yang telah dilakukan, kekuatan penjelas atau kemampuan untuk memprediksi hasil.
Pernyataan ini bermakna bahwa teori seharusnya tunduk terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris  untuk membuktikan keakuratannya. Jika suatu teori bersifat matematis, pembuktian sebaiknya diprediksi melalui konsistensi logis. Apabila teori didasarkan pada fenomena fisik atau sosial, pembuktian sebaiknya diprediksi melalui hubungan antara kejadian-kejadian dan observasi-observasi sesungguhnya yang digunakan untuk membuat kesimpulan.
Oleh karena itu teori akuntansi seharusnya merupakan hasil proses penyusunan dan juga pembuktian teori. Suatu teori akuntansi seharusnya dapat menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntanti yang ada, saat sejumlah fenomena muncul, fenomena-fenomena tersebut dapat diharapkan membuktikan kebenaran teori tersebut.




BAB II
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Teori akuntansi tidak lepas dari praktik akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan praktik akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan praktik tersebut. Sifat dasar akuntansi dapat dilihat dari berbagai pandangan, Pandangan-pandangan tersebut adalah akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu, akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi sebagai komoditas, dan akhirnya, akuntansi sebagai ideologi.
Teori seharusnya tunduk terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris  untuk membuktikan keakuratannya. Oleh karena itu teori akuntansi seharusnya merupakan hasil proses penyusunan dan juga pembuktian teori

Rabu, 03 April 2019

Pemeriksaan Akuntansi, Laporan Auditor Bentuk Baku


PEMERIKSAAN AKUNTANSI I


Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
2019

Kata Pengantar
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT. Salawat dan salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya yang telah membimbing umatnya kejalan yang benar diatas keridhaan ALLAH SWT.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pemeriksaan akuntansi. Sekalipun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun ini merupakan salah satu hasil usaha yang maksimal, karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temui. Namun berkat pertolongan ALLAH SWT, yang telah memberikan nikmat-Nya dan kesungguhan kepada penulis serta bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Surabaya, 29 Maret 2019




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ....
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2.   Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3.   Tujuan Penulisan................................................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Laporan Akuntan................................................................................................... 3
2.2. Jenis-Jenis Laporan Akuntan................................................................................. 5
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................ .. 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 10



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan
berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT
terbuka). Dalam bentuk badan usaha ini, perusahaan dikelola oleh manajemen
yang ditunjuk oleh para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dan akan
diminta pertanggungjawabannya atas dana yang dipercayakan kepada mereka.
Para pemegang saham akan meminta pertanggungjawaban manajemen dalam
bentuk laporan keuangan.
Isi laporan baku terkait pada format yang telah ditetapkan oleh ikatan Akuntasi Indonesia (IAI)  dan menyajikan isi laporan yang akan dipakai untuk menjelaskan makna setiap kalimat yang ada di dalam laporan.
Laporan audit juga merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut aouditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajiban laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa audit baku. Laporan ini sangatlah penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainya karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Dan suatu pandangan pemakai, laporan dianggap sebagai produk utama yang diperoleh. Dari satu pandang pemakai laporan sebagai produk utama dari proses atastasi. Standar profesianal akutan publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap kali laporan akuntan publik dikaitkan laporan keuangan.



1.2.Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan laporan akuntan bentuk baku?
2.      Bagaimana cara membuat laporan audit?
3.      Apa saja jenis-jenis laporan audit?

1.3.Tujuan

1.      Mengetahui laporan akuntan bentuk baku.
2.      Mengetahui cara membuat laporan audit.
3.      Mengetahui jenis-jenis laporan audit.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Laporan Akuntan
Hasil akhir dari proses pemeriksaan  oleh auditor adalah laporan audit yang merupakan alat komunikasi antara auditor dengan pihak pemakai laporan yang sekaligus merupakan pertanggungjawabkan auditor atas penugasan yang diterimanya. Laporan auditor memberikan informasi tentang seberapa jauh auditor telah melaksanakan tanggungjawab profesinya dan seberapa jauh kesimpulan-kesimpulan dikemukakan atas dasar hasil penemuan selama auditnya. Dalam penerbitan laporannya auditor harus memenuhi standart pelaporan/norma-norma laporan akuntan.
Berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2001:504.1) dalam bukunya yang berjudul Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam standard pelaporan keempat menyatakan sebagai berikut:
Laporan auditor harus memuat suatu penyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Laporan Audit adalah media formal yang digunakan oleh auditor dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas laporaan keuangan yang diaudit.Dalam menerbitkan laporan audit, auditor harus memenuhi empat standar pelaporan yang ditetapkan dalam standar auditing yang berlaku umum.
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam komunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnyamengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berua laporan audit baku.
Bila dipenuhi persyaratan-persyaratan tertentu maka dapat diterbitkan laporan audit bentuk standart atau baku. Baik dalam bentuk pendek maupun bentuk panjang. Laporan audit standar (baku) adalah laporan auditor yang berisi pendapat wajar tanpa syarat (unqualified opinion) yang berarti bahwa laporan keuangan tersebut telah menyajikan secara wajar, dalam semua aspek yang material, posisi keuangan, hasil operasi dan aliran kas dari suatu organisasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Persyaratan-persyaratan untuk menerbitkan laporan audit bentuk standar adalah:
a.       Auditor telah melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga standar auditing telah dipenuhi dalam setiap aspek auditing termasuk keharusan auditor berkedudukan independen.
b.      Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
c.       Pengungkapan-pengungkapan yang dimuat dalam laporan keuangan telah memadai sehingga tidak menyesatkan.
d.      Tidak terdapat ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan perusahaan pada periode berikutnya.
Laporan audit bentuk pendek adalah laporan audit yang hanya dilampiri laporan keuangan utama, yaitu neraca, laporan rugi laba, aliran kas, termasuk catatan kaki yang diperlukan. Sedangkan laporan audit bentuk panjang disamping lampiran-lampiran lainnya, misalnya komentar dan rekomendasi terhadap laporan keuangan maupun terhadap pengendalian intern, penjelasan tiap akuntansi laporan keuangan, analisa terhadap laporan keuangan termasuk analisa ratio, laporan sumber dan penggunaan dana, aliran kas dan penjelasan-penjelasan tambahan.
Auditor dapat menerbitkan laporan auditor yang tidak standar apabila persyaratan-persyaratan untuk menerbitkan laporan auditor bentuk standar tidak dipenuhi, karena keadaan-keadaan tertentu atau karena adanya tujuan tertentu. Hal-hal yang menyebabkan diterbitkannya laporan auditor tidak standar secara terperinci dapat disebut sebagai berikut:
a.       Auditor ingin menekankan sesuatu hal dalam laporannya.
b.      Auditor merasa perlu untuk menambah informasi tambahan.
c.       Luas/lingkup pemeriksaan dibatasi oleh klien.
d.      Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur pemeriksaan penting tertentu atau tidak memperoleh bukti-bukti karena keadaan diluar kemampuan klien maupun auditor sendiri.
e.       Laporan keuangan disusun dan disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
f.       Penerapan prinsip akuntansi tidak konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.
g.      Adanya ketidakpastian luar biasa yang mempengaruhi laporan keuangan yang tidak diperkirakan atau diperhitungkan pada tanggal laporan audit.
h.      Auditor berkedudukan tidak bebas (tidak independen).
Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan auditor tidak dapat mengeluarkan laporan audit standar, dalam arti bahwa tidak dapat memberikan pendapat wajar tanpa syarat melainkan harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian tidak wajar atau menolak memberikan pendapat.

2.2. Jenis-Jenis Laporan Akuntan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001: 508.27) dalam bukunya yang berjudul Standar Profesional Akuntan Publik, menyatakan bahwa:
Laporan auditor ada dua jenis yaitu:


1.      Laporan Auditor Bentuk Baku
Laporan Auditor Bentuk Baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.      Laporan Auditor Atas Laporan Keuangan Komparatif
Kata-kata “laporan keuangan secara keseluruhan” yang tercantum dalam standar pelaporan keempat berlaku tidak hanya terhadap laporan keuangan periode sekarang namun juga terhadap laporan keuangan satu atau beberapa periode yang lalu disajikan dalam bentuk komparatif dengan laporan keuangan periode sekarang.
Menurut Sukrisno Agoes (2008: 52) dalam bukunya yang berjudul Auditing
(Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik jilid I menyatakan bahwa
laporan auditor dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Laporan auditor bentuk baku dan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif. Laporan keuangan bentuk baku harus menyebutkan laporan keuangan yang diaudit dalam paragraf pengantar, menggambarkan sifat audit dalam paragraf lingkup audit, dan menyatakan pendapat auditor dalam paragraph pendapat.
Unsur pokok laporan auditor bentuk baku
a.       Suatu judul yang memuat kata independen
b.       Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan yang disebutkan dalam laporan auditor telah diaudit oleh auditor.
c.       Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan atas auditnya.
d.      Suatu pernyataan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
e.       Suatu pernyataan bahwa standar auditing mengharuskan auditor merencanakan dan melaksanakan auditnya agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
f.       Suatu pernyataan bahwa audit meliputi:
1.      Pemeriksaan (examination), atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
2.      Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi signifikan yang dibuat manajemen.
3.      Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
g.      Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar memadai untuk memberikan pendapat.
h.      Suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan keuangan pada tanggal neraca dan hasil usaha dan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
i.        Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin usaha kantor akuntan publik.
j.        Tanggal laporan auditor.

Berikut ini adalah contoh Laporan Auditor Bentuk Baku:
Gambar 2.1 Contoh Laporan Akuntan Bentuk Baku


           


BAB III
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan
   Laporan audit adalah media formal yang digunakan oleh auditor dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas laporan keuangan yang di audit. Dalam menerbitkan laporan audit, auditor harus memenuhi empat standar pelaporan yang ditetapkan dalam standar auditing yang berlaku umum.
Dalam pembuatan sebuah laporan akuntan seorang akuntan public harus mampu memberikan opini yang jujur dan objective, serta membuat sebuah laporan yang baku yang telah ditetapkan.

Daftar Pustaka
Agoes, Sukrisno. 2008. AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat
Yuni Sukandani, Martha Suhardiyah. 2019 . AUDITING  Pemeriksaan Akuntansi. Surabaya : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya


















Pandangan Sifat Dasar Akuntansi, Penyusunan dan Pembuktian Teori

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... .... DAFT...